kunjungi juga kami di facebook di,Kreasi Santri - meme,guyonan,ilmu dll

Selasa, 19 Maret 2013


Bersedekah Pilih Fakah




Bersedekah Pilih Fakah
MisSane

“Ramadhan tibaaa…!” Teriak Feza histeris penuh girang.

“Ya, alhamdulilah.” Jawab Yaya datar seolah tanpa hirau, meneruskan memasak.


“Braakk…!!!” Feza menggertak meja keras-keras, cari perhatian. Kaget Yaya ikut berpartisipasi sembari menoleh ke arah Feza.

“Huwah…!!!” Teriak Yaya tak kalah girang. “Dapet dari mana, dari mana?!” Tanya Yaya penuh buru.

“Ya, alhamdulilah…” Jawab Feza tenang, datar, penuh balas.

“Heaheahea…” Keduanya tertawa.

Lalu penasaran Yaya tak sabar ingin mengetahui dari mana datangnya lima lembar uang sepuluh pound-an yang dibawa Feza. “Eh, serius dapet dari mana? Lagian tadi kan aku cuman suruh kamu beli garam doang di bakola sebelah, kok yang dibawa’ malah beras, minyak, gula, say. Dapet duit lagi!”

Tangan Feza masih mengipaskan lima lembar uang itu di depan Yaya dengan sombongnya. “Ya… Namanya juga rezeki. Makanya kamu sering-sering keluar. Deket-deket bulan Ramadhan gini kan biasa dapet musa’adah. Dapet kafalah di jalan-jalan.” Feza menjawab singkat.

“Diem di rumah juga dapet kok.” Celetuk Yaya tersenyum nakal sembari berjingkat ke arah kompor, melanjutkan memasak.

“Mana mungkin, Yu… Anak luar kayak kita gini kan yang musti aktif. Emang anak asrama, iya tho?!.” Keluh Feza pada Yaya dengan logat jawa.

“Jangan sok iri gitu dong, tadi waktu kamu keluar mbak-mbak Wihdah nelpon, besok ada musa’adah di Wisnu. Mas-mas PPMI loh yang bagiin, kamu ya yang ambil” Terang Yaya dengan sedikit merayu.

“Yee… Ujung-ujungnya gitu deh. Kamu ajah yang berangkat ambil, sekali-kali keluar kek. Kali ajah kamu dapet nasib yang sama kayak aku, ketemu muhsinin di jalan. Trus dapet kafalah deh.” Balas Feza.

Keesokan harinya, akhirnya Feza juga yang berangkat mengambil musa’adah di Wisma. Yaya masih ada bimbingan muqoror. Kebetulan satu orang bisa mewakili satu rumah.

Sementara di Wisma…

“Wah ramai sekali! Dasar si Yayul ngerjain daku ajah, hiks.” Gumam Feza grogi diantara rumunan ikhwan-ikhwan PPMI.

“Mahasiswi lewat pintu belakang, mbak.” Sapa panitia pembagian sembako mengagetkan Feza yang sedari tadi celingukan di pintu Wisma.

“Eh, iya.” Jawab Feza merah padam.

“Ugh…! Malunya daku…! Pantesan dari tadi gak ada cewek seliweran disini, hiks.” Grogi Feza bertambah.

Sekali lagi Feza kaget, melihat musa’adah yang banyak sekali. “Gimana bawa’nya?! Dasar Yayul gak punya perasaan” Lagi-lagi Feza menggerutu menyalahkan Yaya. Sepertinya perencanaan pembalasan lebih kejam daripada tidak membalas adalah cita-cita Feza yang akan diwujudkan setelah bertemu Yaya nanti. Otak nakalnya mengeluarkan lampu bolam. Matanya mondar-mandir, badannya celingak-celinguk di depan ruang klinik Wisma. Satu yang ada di pikiran Feza, cari mangsa!

Nasib buruk Romi dan Indra adalah sudah takdir bertemu Feza.

“Eh, Romi, Indra. Izayak?” Sapa Feza penuh basa-basi.

“Hamdalah, quwais. kamu kemana ajah Fez, gak pernah keliatan. I’tikaf terus ya di masjid?” Balas Romi tak kalah basahnya sampai kelewat basi.

“Ada kok. Kalian ajah nih yang gak pernah keliatan, kayaknya udah jadi MZ nih.” Jawab Feza sedikit meledek. “Eh, udah makan? Ke kantin, yuk. Aku haus nih, laper juga. Tadi abis dari Majlis A’la” Ajak Feza sembari melancarkan ide.

“Abis ambil minhah, Fez?” Tanya Romi.

“He’em” Jawab Feza pendek.

Setelah selesai makan, minum, ngemil-ngemil di kantin, akhirnya Feza sukses membuat Romi dan Indra mengantarnya pulang, tentu saja membawakan musa’adah. Nasib buruk Romi dan Indra bertubi-tubi karena gengsi laki-laki, akhirnya mereka juga yang membayar acara jajan di kantin, juga membayar ongkos taxi. Belum lagi mereka musti berat-berat mengangkat musa’adah. Dasar sopir taxi gak punya perasaan, gak memikirkan nasib buruk yang mereka alami hari ini. Taxi itu enggan mengantarkan masuk ke gang Bawabah Talta.

Sepanjang jalanan Bawabah Talta, berderet keluarga pengemis memagari pinggiran jalan. Seorang pengemis kecil, berlari mengejar Feza, Romi dan Indra.

“Haga lilah, haga lilah” Rengek bocah itu.

“Aib ya walad, aib” Jawab Romi dan Indra bergantian.

“Haga lilah, haga lilah” Rengek bocah itu lagi tak pantang menyerah.

“Bukroh, bukroh.” Akhirnya Feza ikut menjawab.

“Eh, Fez. Kamu kok nyanggupin sih?! Itu udah keitung janji loh… Berarti besok kamu harus bener-bener ngasih mereka.” Sahut Romi.

“Abisnya kalo gak digituin, ntar mereka ngintil terus ke kita, gak berhenti ngejar-ngejar. Mana tiap hari tau gak?! Mau gak mau kan kalo rumah kita di daerah sini, ya pasti nglewatin jalan ini terus.” Jawab Feza kesal.

“Iya juga sih, tuh kan akhirnya bocah itu berhenti juga ngejar kita. Masa’ tiap hari kita bayar pajak, emangnya ini jalan tol?! Taxi ajah gak mau masuk. Kapan ya mahasiswa Indonesia hijrah ke jantung kota?” Bela Indra ngelantur. Tapi akhirnya hati ketiga mahasiswa itu tersadar, masing-masing mereka mengeluarkan sedekah, tak terkecuali Feza. Sebelum sampai di rumah, Feza berniat membelikan haga sa’ah, Molto dan Chipsy untuk dihidangkan pada Romi dan Indra. Tapi saat merogo kantong sakunya, mata Feza terbelalak kaget.

“Astaghfirullah, Rom, Ndra. Duit sepuluh Pound-ku ilang!” Lirih Feza sedikit berteriak.

“Ada apa, Fez?” Tanya Romi dan Indra yang berada diluar bakola serempak, ikut kaget.

“Ah, Enggak” Sahut Feza lemas. Berjalan memasuki rumah, Feza tertunduk sedih. Bukan karena kehilangan sepuluh Pound. Tapi dia tersadar, sembari mengingat-ingat apa yang sudah didapatinya sedari kemarin. Dapet kafalah, minhah, musa’adah, tapi dimana rasa syukurnya? Dimana zakatnya? Feza menyesali kepelitan hatinya sembari berharap pada Tuhan, semoga uang itu jatuh di pangkuan pengemis saat Feza menukar uang sepuluh Pound-nya dengan fakah yang lebih kecil di jalan tadi. Pelajaran berharga yang didapat Feza menjelang bulan Ramadhan. Feza berdo’a dalam hati, “Jadikanlah Ramadhan ini lebih baik dari sebelumnya, ya Allah…”

“Ahlan Feza tayang… Capek ya… Makan dulu gih, tuh Yaya udah masakin sup tomyam kesukaan kamu. Eh, ada Romi dan Indra juga, masuk, masuk…” Sambut Yaya ramah.

-Fakah: Uang receh
-Pound: Mata uang Mesir
-Bakola: Warung kecil. Kadang bahasa sehari-hari di Mesir melafadzkannya “Ba’ala”
-Say: Teh
-Musa’adah: Bantuan, pada bulan Ramadhan lebih diistilahkan sebagai bantuan yang berupa sembako.
-Kafalah: Musa’adah yang lebih cenderung berupa nominal uang.
-Wihdah: Nama organisasi khusus mahasiswi Indonesia di Mesir
-PPMI: Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir
Wisnu: Wisma Nusantara; Tempat kegiatan Mahasiswa Indonesia di Mesir
-Muhsisnin: Orang-orang yang baik hati
-Izayak: Apakabar
-Quwais: Baik
-MZ: Master of Zakat; Ejekan lokal yang beredar pada bula Ramadhan
-Majlis A’la: Lembaga tinggi agama di Mesir, juga menyediakan beasiswa
-Minhah: Beasiswa
-Bawabah Talta: Salah satu daerah di kawasan 10th district, Nasr City, Egypt
-Haga lilah: ‘Bagi Rezeki’-nya pengemis Mesir
-Aib ya Walad: Gak sopan dik; Balasan santun yang kita ucapkan saat kita juga sedang membutuhkan
-Bukroh: Besok
-Haga Sa’ah: Soft drink
-Molto: Salah satu merk roti crossant
-Chipsy: Salah satu merk Potato Chips
-Ahlan: Selamat datang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar